Minggu, 20 Mei 2018

Perempuan bercadar melawan stigma dan penghakiman lewat aksi peluk saya


Ada yang berbeda dari gelaran car free day (cfd) di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, minggu (20/5). Sejumlah perempuan berbaju syari lengkap dengan cadarnya menggelar aksi 'peluk saya'.

Mereka yang tergabung dalam hafizh on the street ini melakukan aksi untuk menjauhkan penghakiman masyarakat dan kesan bahwa sosok bercadar dekat dengan ekstremisme.


"Iya biar orang itu tidak takut dengan perempuan-perempuan bercadar," ujar Endang, salah satu peserta aksi, di CFD, Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, Minggu (20/5).

Menurut Endang, banyak orang-orang ikut berpartisipasi dalam aksi ini dengan memeluk mereka. Mereka pun mengaku, bahwa aksi yang baru pertama kali dilakukan. Aksi ini dilakukan sejak pukul 07.30 WIB.

"Lumayan juga sih tadi banyak yang meluk. Enggak ngitung sih tapi banyak sih tadi yang meluk ya. Bakal aksi sampai sekuatnya ya," ucap Endang.



Aksi ini digagas karena kuatnya stigma pakaian syari dekat dengan terorisme. Terlebih setelah aksi bom bunuh diri yang dilakukan Puji Kuswati di Surabaya.

Tidak hanya itu, mereka yang berpakaian syari mengaku kerap diperlakukan kurang sopan di ruang publik. Bahkan kata Endang, kondisi menghakimi itu pun dirasakannya di lingkungan sekitar rumahnya. Dia mengaku takut keluar rumah setelah maraknya aksi terorisme itu akibat pandangan masyarakat yang dirasa menyudutkan mereka.

"Ya minimarket ya jarang ada angkot mau berenti. Waktu itu saya pas pakai gamis yang warna hitam ya enggak mau berhenti. Tapi abis saya ganti ke warna kalem begini lebih baru agak berenti gitu," ungkap Endang.

Dia mengaku menentang segala bentuk aksi terorisme. Endang berharap, cadar tidak diidentikkan dengan perilaku-perilaku ekstremis seperti aksi terorisme. Dia juga berharap, agar Indonesia tidak lagi dirongrong dengan persoalan seperti saat ini.

"Mudah-mudahan negara ini aman," tutupnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
close